Tepati Janji Politik, Rudy-Seno Berikan Penghargaan kepada Ribuan Penjaga Rumah Ibadah

Pemprov Kaltim Akhirnya Memberi Tempat Terhormat bagi Mereka yang Selama Ini Menjaga Kesucian Rumah Ibadah dalam Kesunyian

Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas'ud dan Wakil Gubernur, Seno Aji memberikan penghargaan Jospol kepada para penjaga rumah ibadah

TNews, Samarinda – Ribuan penjaga rumah ibadah dari berbagai agama di Kalimantan Timur akhirnya mendapat pengakuan nyata dari negara. Melalui program Gratispol dan Jospol, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memberikan apresiasi kepada mereka yang selama ini bekerja dalam kesenyapan, namun memegang peran penting dalam menjaga ketenangan batin dan harmoni sosial.

Penyerahan simbolis program ini dilakukan langsung oleh Gubernur Kaltim, Rudy Mas’ud, bersama Wakil Gubernur Seno Aji di Plenary Hall Gelora Kadrie Oening, Sempaja, pada Rabu pagi, 25 Juni 2025. Acara ini menjadi tonggak dalam upaya pemerintah provinsi menegaskan bahwa peran spiritual masyarakat tidak bisa lagi dipinggirkan dari panggung kebijakan publik.

“Hari ini adalah momen yang sangat spesial. Kami hadir di sini bukan sekadar sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur, tapi juga sebagai wakil dari suara rakyat yang pernah kami janjikan program Gratispol. Dan alhamdulillah, janji itu mulai kami tunaikan satu per satu,” ujar Seno Aji dalam pidatonya yang disambut tepuk tangan meriah para undangan.

Ia menegaskan bahwa langkah ini bukan seremoni semata, melainkan wujud nyata dari komitmen pemerintah dalam menghadirkan keadilan sosial dan kesejahteraan spiritual bagi semua umat beragama.

“Ini merupakan wujud nyata dari komitmen Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam menghadirkan keadilan sosial sekaligus kesejahteraan spiritual bagi seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya.

Mengangkat Mereka yang Terlupakan

Dalam sambutannya, Seno Aji menyampaikan bahwa selama ini para penjaga rumah ibadah kerap tidak terjangkau oleh sistem penghargaan dan perlindungan sosial negara. Padahal, mereka menjalankan tugas penting: menjaga nilai moral, mendidik keteladanan, dan menjaga kesucian ruang-ruang keagamaan yang menjadi sandaran banyak orang.

“Kita semua menyadari, peran mereka sangatlah vital. Mereka adalah penjaga nilai-nilai kebaikan, pemelihara moral masyarakat, sekaligus peneduh batin umat dalam keseharian. Namun ironisnya, pekerjaan mulia ini sering kali tak mendapat perhatian yang layak dari negara,” katanya.

Lewat program Gratispol dan Jospol, pemerintah provinsi berupaya menebus kelalaian masa lalu. Dukungan ini bukan hanya berbentuk simbolik, tetapi juga dirancang untuk memberi manfaat riil dan berkelanjutan.

“Oleh karena itu, melalui program Gratispol dan insentif Jospol, kami ingin memastikan bahwa dedikasi mereka tidak hanya diakui, tetapi juga dihargai secara nyata,” tutur Seno Aji.

Menurut data yang dirilis panitia pelaksana, total 3.187 orang telah terdata sebagai penjaga rumah ibadah aktif di Kalimantan Timur. Dari jumlah tersebut, 2.597 merupakan umat Islam, 389 Kristen, 144 Katolik, 19 Hindu, 22 Buddha, dan 16 Khonghucu.

“Dengan bangga kami sampaikan bahwa Gratispol bukan sekadar slogan. Ini bukan janji manis di musim kampanye. Dan yang paling penting: ini bukan hoaks. Kami ingin buktikan bahwa pemerintah hadir untuk rakyat dan kami tidak akan mengingkari komitmen itu. Karena ini semua adalah wujud penghargaan dan apresiasi atas dedikasi mereka,” ucap Seno Aji.

Enam Agama, Satu Penghargaan

Simbolisasi penghargaan dilakukan melalui penyerahan kepada para perwakilan dari Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Masing-masing penerima mewakili enam agama resmi di Indonesia.

Dari Samarinda, Mulyadi dari Masjid Baiturrahman (Islam), Janty Kumaseh dari Gereja Kemah Injil Indonesia Gunung Cermin (Kristen), Matius Sanda dari Gereja Santo Paulus (Katolik), I Wayan Dharmawan dari Pura Jagat Hita Karana (Hindu), Liem Joe Ling dari Vihara Eka Dharma Manggala (Buddha), serta Willy Utomo dari Zong De Mio (Khonghucu), menjadi wajah dari komitmen pluralisme yang dijaga bersama.

Sementara dari Kutai Kartanegara, penghargaan serupa diberikan kepada Aji Akhmad Sajali (Masjid Agung Sultan Sulaiman), Meike Walangitan (Gereja Pantekosta di Indonesia Smirna), Maria Margareta (Gereja Santo Yohanes Penginjil), Ferdianto Cahyadi (Vihara Kusala Arama), dan Nanang Irawan (Pura Sasana Jagat Nata).

Apresiasi yang diberikan ini bukan semata penghargaan seremonial. Ia adalah pengakuan yang membawa makna lebih dalam. Pengakuan bahwa negara tidak hanya hadir dalam urusan besar dan bising, tetapi juga pada lini sunyi, di mana spiritualitas dijaga, dan moralitas disemai.

Lewat Gratispol dan Jospol, Pemerintah Kalimantan Timur memberi isyarat: bahwa pembangunan bukan sekadar beton dan infrastruktur, tetapi juga menyentuh sisi terdalam kehidupan masyarakat, yakni keyakinan, pengabdian, dan ketulusan yang tak terukur oleh angka.***

Tinggalkan Balasan